Buleleng – baliberkabar.id | Sore itu, langit di atas Pantai Tangguwisia masih bersahabat. Angin berembus lembut, dan anak-anak tampak bermain di bibir pantai. Tak ada yang menyangka bahwa Sabtu (31/5/2025) akan menjadi petang terakhir bagi Komang Kesumananda (15), seorang pelajar asal Desa Kedis, Kecamatan Busungbiu, Buleleng.
Komang datang bersama adiknya, I Ketut AP (12). Keduanya tiba sekitar pukul 13.00 Wita, berboncengan sepeda motor. Mereka ingin menikmati akhir pekan dengan bermain air, seperti anak-anak lainnya.
Namun, gelombang tak selalu bersahabat. Sekitar pukul 17.30 Wita, ombak besar datang mendadak, menyapu keduanya ke tengah laut. Teriakan minta tolong terdengar sayup, sebelum akhirnya mengundang perhatian warga sekitar.
Tanpa pikir panjang, dua warga tangguh, Putu Dedik Suartana (45) dan Ketut Juni Semara Parta (44), menerobos air untuk menyelamatkan. Berpacu dengan waktu, mereka berhasil menarik Ketut AP ke daratan. Tapi Komang, sang kakak, sudah terlepas dari jangkauan.
Warga kemudian segera melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Tak butuh waktu lama, jajaran Unit Reskrim Polsek Seririt dipimpin langsung oleh Kapolsek, Kompol DR. Putu Sunarcaya, S.H., M.H., tiba di lokasi. Mereka langsung bergabung bersama warga melakukan penyisiran pantai untuk mencari korban.
“Waktu kami tiba di TKP, adik korban sudah berhasil diselamatkan oleh warga. Kami segera melakukan pencarian menyusuri area sekitar lokasi korban terseret,” ujar Kapolsek Putu Sunarcaya saat dikonfirmasi.
Harapan keluarga yang menanti di tepi pantai pun pupus saat jasad Komang akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, mengapung di pinggir pantai sekitar pukul 19.15 Wita. Tangis pecah. Sang ibu, Ni Luh Suryani (42), hanya bisa menangis histeris saat menyambut tubuh anak sulungnya.
Kasi Humas Polres Buleleng, AKP Gede Darma Diatmika, turut membenarkan kejadian tersebut. “Korban ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia, mengapung di pinggir pantai,” terangnya.
Jenazah Komang kemudian dievakuasi dan dipulangkan ke rumah duka.
Kisah Komang bukan sekadar kabar duka. Ia adalah pengingat: bahwa laut, seindah apa pun, menyimpan bahaya. Dan bahwa setiap tawa di pantai harus selalu disertai kewaspadaan. Semoga Komang tenang dalam peristirahatan terakhirnya, dan semoga tidak ada lagi anak yang harus berpulang dengan cara serupa.
Redaksi mengucapkan, "Dumogi Amor Ing Acintya." (Red)
Social Header