Bangli, Baliberkabar.id – Jambore Pemuda Adat Kawasan Gunung Batur 2025 resmi ditutup pada Senin (24/11) di Wantilan (GOR) Tunon, Desa Batur, Kecamatan Kintamani. Penutupan kegiatan ini kembali menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga keberlanjutan adat dan tradisi Bali di tengah pesatnya modernisasi serta dominasi budaya digital.
Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi, Dr. Restu Gunawan, M.Hum, yang hadir mewakili Kementerian Kebudayaan, mengingatkan bahwa bonus demografi harus menjadi kekuatan, bukan ancaman. Menurutnya, pemuda adat memegang kunci dalam mempertahankan identitas budaya Bali.
“Pemuda adat harus mampu mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri. Kearifan lokal harus menjadi pondasi di tengah disrupsi teknologi,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa kawasan Gunung Batur bukan hanya ruang geografis, melainkan ruang identitas, spiritualitas, dan warisan budaya yang harus dijaga melalui kolaborasi antara pemuda, lembaga adat, pemerintah, dan komunitas lokal.
Fenomena di sejumlah desa adat, termasuk Desa Bayung Gede, menjadi contoh bagaimana modernisasi memengaruhi partisipasi generasi muda. Gaya hidup instan, hiburan digital, serta kesibukan kerja dan pendidikan mulai menggeser tradisi ngayah dan gotong royong yang sebelumnya sangat kuat.
Ni Wayan Diani, pemudi adat Bayung Gede, menyebut bahwa tantangan terbesar justru berasal dari kemauan anak muda sendiri.
“Tantangan paling berat itu dari diri sendiri. Kalau tidak bijak menyikapi globalisasi, tradisi bisa hilang pelan-pelan,” ujarnya.
Meski demikian, Ia memastikan bahwa Karang Taruna di desanya masih menjaga komitmen dengan mengadakan kegiatan gotong royong mingguan.
Sementara itu, I Putu Egi Candika Arta, pemuda adat lainnya, melihat berkurangnya intensitas ngayah akibat kesibukan bekerja dan merantau.
“Ngayah itu harus dari hati. Jangan sampai karena sibuk bekerja atau sekolah membuat kita lupa kewajiban kepada leluhur,” tegasnya.
Ia juga mendorong penggunaan media sosial sebagai sarana memperkenalkan tradisi dengan cara yang tetap menghormati kesakralan adat.
Penutupan Jambore Pemuda Adat 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen regenerasi budaya Bali. Melalui workshop budaya, diskusi lintas desa, hingga pertunjukan seni, kegiatan ini berhasil mengajak ratusan pemuda memahami kembali peran strategis mereka sebagai penjaga tradisi.
Forum ini juga menegaskan bahwa masa depan adat Bali sangat bergantung pada kemampuan pemudanya menyeimbangkan kebutuhan modern dengan akar budaya leluhur. (Smty)


Social Header