Suasana hangat dan penuh keakraban antara Basuki Tjahaja Purnama dan Wayan Koster di kediaman resmi Gubernur Bali, Jayasabha, Denpasar.
Denpasar, Baliberkabar.id – Suasana hangat dan penuh keakraban mewarnai kediaman resmi Gubernur Bali, Jayasabha, Denpasar, pada Rabu (3/9). Di tempat itulah Gubernur Bali Wayan Koster menerima kunjungan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok. Pertemuan keduanya menjadi perhatian publik, karena membahas isu strategis yang krusial bagi masa depan Indonesia: transformasi pendidikan.
Kunjungan Ahok ke Bali kali ini bukan sekadar silaturahmi, melainkan juga bentuk kepedulian terhadap arah pembangunan sumber daya manusia (SDM). Sebelumnya, Ahok sempat mengunjungi SMPN 1 Sukasada, Buleleng, pada 2 September 2025, untuk melihat langsung implementasi digitalisasi pendidikan. Agenda tersebut berlanjut dengan diskusi bersama Gubernur Koster di Denpasar.
Wayan Koster, yang dikenal dengan program “Bali Era Baru” dan penekanan pada pembangunan berbasis budaya, menyambut baik dialog tersebut. Menurutnya, pendidikan adalah fondasi utama pembangunan, bukan hanya di Bali, tetapi juga di tingkat nasional.
Dalam diskusi yang berlangsung sekitar dua jam itu, kedua tokoh menyoroti tantangan pemerataan pendidikan di Indonesia.
“Kita harus memastikan anak-anak di seluruh pelosok Bali, bahkan Indonesia, mendapat kualitas pendidikan yang sama. Pemanfaatan teknologi, transparansi, dan efektivitas anggaran menjadi kunci dalam mewujudkan hal tersebut,” tegas Wayan Koster.
Sementara itu, Ahok menambahkan perspektif tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara modernisasi pendidikan dengan akar budaya bangsa.
“Generasi muda harus kita siapkan untuk berdaya saing global, namun jangan sampai tercerabut dari budaya dan jati diri bangsa. Inovasi harus berjalan beriringan dengan kearifan lokal,” ujar Ahok.
Pernyataan kedua tokoh tersebut sejalan dengan kebutuhan Indonesia menghadapi tantangan globalisasi. Pemerataan akses pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah, terutama di daerah pedesaan dan kepulauan. Di sisi lain, integrasi teknologi dalam pembelajaran sudah tidak bisa ditawar lagi, apalagi pasca-pandemi yang mengubah cara belajar generasi muda.
Diskusi ini juga menyinggung soal efektivitas penggunaan anggaran pendidikan. Baik Koster maupun Ahok sepakat bahwa transparansi dan akuntabilitas mutlak diperlukan agar dana benar-benar sampai ke sekolah dan peserta didik, bukan habis di birokrasi.
Pertemuan berakhir dengan komitmen untuk mendorong sinergi lintas sektor, mulai dari pemerintah daerah, lembaga pendidikan, swasta, hingga masyarakat. Dengan cara itu, transformasi pendidikan tidak hanya menjadi jargon, melainkan gerakan nyata yang berkelanjutan.
Bagi Bali, diskusi ini menegaskan posisi provinsi tersebut bukan hanya sebagai destinasi wisata kelas dunia, tetapi juga pusat lahirnya generasi muda yang cerdas, inovatif, berkarakter, dan berdaya saing.
“Pendidikan adalah jalan menuju kemandirian bangsa. Mari kita wujudkan bersama generasi unggul yang mampu menghadapi tantangan global, tanpa kehilangan jati diri,” tutup Koster, diamini oleh Ahok. (Smty)


Social Header