Breaking News

Diantar Puluhan Krama, Gede Kariasa Giri Resmi Mendaftar sebagai Calon Bendesa Adat Busungbiu, Tawarkan Kepemimpinan Transparan, Ngayah yang Murni, dan Komitmen Menjaga Adat Leluhur

Gede Kariasa Giri (berudeng putih) menyerahkan surat pencalonan kepada Made Kariasa, Ketua Panitia Pemilihan Kelian Adat Busungbiu.

BULELENG, Baliberkabar.id – Puluhan krama adat mengantarkan Gede Kariasa Giri atau De Kokoh untuk secara resmi mendaftar sebagai calon Bendesa Adat Busungbiu periode 2025–2030 pada Rabu (10/12/2025) sekitar pukul 13.30 Wita. 

Suasana di halaman Kantor Sekretariat Ngadegang Bendesa Adat Busungbiu tampak penuh semangat, ditandai dengan iringan dukungan warga yang turut menyaksikan serah terima surat pernyataan pencalonan.

Rombongan krama hadir tidak hanya untuk mengantar, tetapi juga untuk menunjukkan keyakinan mereka terhadap sosok purnawirawan TNI AD tersebut. De Kokoh tiba dengan membawa dokumen surat pernyataan pencalonan dan disambut langsung oleh Ketua Panitia Pemilihan Kelian Adat Busungbiu, Made Kariasa, beserta jajaran panitia. Tepuk tangan warga mengiringi prosesi penyerahan berkas yang menandai resminya pendaftaran De Kokoh sebagai bakal calon.

Made Kariasa mengatakan hingga hari ini, sudah dua orang mendaftarkan diri sebagai calon Kelian Adat. “Kemarin (9/12) Kelian Adat inkumben sudah mendaftar,” ujarnya.

Usai menyerahkan berkas, De Kokoh memberikan keterangan kepada awak media. Ia menegaskan bahwa pencalonannya merupakan bentuk tanggung jawab moral atas dorongan masyarakat.
“Saya maju karena krama meminta saya ikut membangun adat Busungbiu. Ini bukan soal jabatan, ini soal amanah,” ujarnya.

De Kokoh menekankan bahwa visinya fokus pada penjagaan Dresta yang diwariskan para Hyang Lelangit dan leluhur.
“Adat itu identitas. Jangan sampai berubah hanya karena pengaruh luar yang tidak sesuai pakem. Desa Adat harus kokoh menjaga kesepakatan Bale Lantang,” katanya.

Ketika diminta menjelaskan misinya, De Kokoh memaparkannya secara terperinci sebagai berikut:

1. Mengembalikan konsep ngayah sesuai juknis adat.
“Ngayah itu suci. Kalau ada upah dari PMDA, LPD, Dana Adat, atau hibah pihak ketiga, semuanya harus kembali ke warga. Bentuknya bisa beras, sembako, atau apa pun sesuai kesepakatan. Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi. Semuanya harus merata dan transparan,” jelasnya.

2. Transparansi total dalam pengelolaan sumber daya adat.
“Saya ingin arus uang adat diketahui semua krama. Pemasukan, pengeluaran, penggunaan dana, semua dibuka. Transparan dalam bentuk data, agar masyarakat tahu ke mana dana adat digunakan,” ucapnya.

3. Menegakkan konsep Desa Adat berbasis Tri Hita Karana.
“Hubungan antar-krama, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan Tuhan harus harmoni. Semua kegiatan adat nanti saya arahkan ke sana. Biar desa ini berjalan selaras,” katanya.

4. Meringankan beban krama dalam ngayah dan upacara besar.
“Ngaben massal kalau bisa kita gratiskan atau minimal diringankan biayanya. Jangan sampai upacara jadi beban warga. Pujawali dan kegiatan besar lain juga harus efisien. Kita maksimalkan keuntungan LPD, Dana Adat, atau bantuan pihak ketiga yang sah,” paparnya.

5. Optimalisasi peran prajuru adat.
“Prajuru itu bukan sekadar struktural. Mereka harus aktif, fungsional, dan bertanggung jawab. Koordinasi harus diperkuat agar setiap tugas berjalan sesuai pakem desa adat,” ujar De Kokoh.

6. Siap menerima sanksi adat jika melanggar.
“Kalau selama memimpin saya menyimpang dari visi dan misi yang saya ucapkan ini, saya siap dikenakan sanksi adat atau hukum. Saya tidak main-main,” tegasnya.

Gede Kariasa Giri dikenal sebagai pribadi yang lugas, tegas, dan peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. Sebagai purnawirawan TNI, ia terbiasa bekerja terstruktur dan tidak mudah diintervensi. Dalam urusan adat, ia dikenal kritis terhadap aliran maupun tindakan yang berpotensi merusak pakem dan kepercayaan leluhur.

Beberapa krama yang hadir juga menyampaikan harapannya terhadap De Kokoh. Mereka menilai De Kokoh sebagai figur yang layak memimpin Desa Adat Busungbiu menuju tata kelola adat yang lebih bersih, tertib, dan transparan.

Dua krama dari Banjar Mawang, Mewan dan Gusde, yang sempat ditemui awak media ini, mengakui bahwa De Kokoh sejak lama dikenal sebagai sosok sosial dan humanis.
“Walaupun belum menjabat, dia sering membantu masyarakat. Contohnya soal lampu penerangan jalan, padahal dia bukan pejabat, tetapi bisa mencarikan solusi sampai lampunya terpasang dan menyala. Banyak sekali bantuan yang diberikan tanpa pamrih,” ujar Mewan, dibenarkan oleh Gusde yang berdiri di sampingnya.

Pemilihan Bendesa Adat Busungbiu 2025 diperkirakan menjadi momentum penentu arah pembangunan adat lima tahun mendatang. Dukungan besar warga, rekam jejak sosial, serta komitmen menjalankan adat secara transparan menjadikan Gede Kariasa Giri sebagai salah satu figur yang paling menarik perhatian dalam kontestasi ini. (Smty)
© Copyright 2022 - Bali Berkabar