Breaking News

Gong Kebyar Legendaris Tampil Spektakuler, Tutup Puncak Apresiasi Seni HUT ke-421 Kota Singaraja

Buleleng - baliberkabar.id | Malam puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-421 Kota Singaraja ditutup dengan kemegahan seni budaya Bali yang menggugah hati. Bertempat di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno, pertunjukan Gong Kebyar Legendaris menjadi magnet utama yang memukau ribuan penonton. Selasa (8/4/2025).

Dua sekaa gong ternama dari Buleleng, Sekaa Gong Eka Wakya dan Sekaa Gong Giri Kusuma, menyuguhkan penampilan luar biasa yang mengangkat kekayaan budaya lokal melalui tabuh dan tari klasik penuh makna sejarah dan nilai-nilai luhur.

Sekretaris Sekaa Gong Eka Wakya, Gede Arya Septiawan, menyampaikan bahwa dalam perayaan ini pihaknya menampilkan dua karya unggulan: Tabuh Kreasi Dwikora dan Tari Gelatik. Kedua pertunjukan ini tidak sekadar menonjolkan keindahan seni, tetapi juga menyiratkan pesan mendalam.

“Tabuh Kreasi Dwikora adalah karya yang membangkitkan semangat perjuangan bangsa, terinspirasi dari peristiwa bersejarah di era 1960-an. Tabuh ini merupakan hasil rekonstruksi Mayor (Purn) TNI AD I Gusti Agung Made Kertha yang dulu dipentaskan di Istana Tampaksiring,” jelas Gede Arya.

Sementara Tari Gelatik yang lahir tahun 1987, diciptakan sebagai kampanye pelestarian lingkungan. “Waktu itu burung gelatik mulai langka akibat eksploitasi. Lewat tari ini, kami mengajak masyarakat untuk mencintai alam dan menjaga kelestarian satwa,” tambahnya.

Gede Arya juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah daerah atas dukungan terhadap eksistensi seniman tradisional. “Kami merasa dihargai kembali. Gong Kebyar Paketan telah berdiri sejak 1906 dan pernah membawa nama Bali ke Lombok dan Mataram. Kini, para seniman senior kami tetap semangat berkarya dengan kemahiran yang tak luntur oleh waktu,” ujarnya penuh haru.

Tak kalah memukau, Sekaa Gong Giri Kusuma dari Desa Bontihing turut menyumbang energi positif lewat Tari Kekelik dan Tabuh Pudak Sumekar, dua karya otentik yang menyuarakan filosofi dan keindahan alam.

Koordinator sekaa, Putu Sudiarsa, menjelaskan bahwa Tabuh Pudak Sumekar terinspirasi dari bunga pudak yang mekar di sekitar pemandian dan pura desa. Aroma bunga, kejernihan air, dan suara burung menciptakan harmoni yang melahirkan karya seni sarat estetika dan spiritualitas.

Sementara Tari Kekelik menyampaikan pesan moral yang kuat. “Ini kisah tentang burung besar yang sombong bernama Kekelik. Burung-burung kecil bersatu untuk menghadapinya. Pesannya sederhana tapi kuat: dalam kebersamaan, kita bisa melewati segala rintangan,” terang Sudiarsa.

Sebagai bentuk hiburan yang menggabungkan seni dan tawa, malam terakhir juga dimeriahkan kolaborasi Bondres Buleleng bersama Rare Kual, Nong-Nong Kling, dan Dwi Mekar. Pertunjukan ini sukses mengundang gelak tawa penonton sekaligus menyampaikan pesan edukatif dengan gaya khas Bali.

Menambah semarak, panggung RTH Taman Bung Karno juga menampilkan penampilan energik dari Janu Band dan Lolot. Musik mereka membakar semangat kebersamaan dan menjadi penutup sempurna dalam rangkaian perayaan tahunan Kota Singaraja ini.

Malam apresiasi seni ini bukan hanya menjadi wadah pertunjukan, tapi juga menjadi ruang penyambung generasi untuk melestarikan jati diri budaya Bali. HUT ke-421 Singaraja pun ditutup dengan gegap gempita, haru, dan rasa bangga atas warisan seni yang terus hidup dan berkembang. (Smty)


© Copyright 2022 - Bali Berkabar