Buleleng, baliberkabar id | Setelah lima tahun vakum, Pemerintah Kabupaten Buleleng kembali menggelar Buleleng Festival 2025 sebagai wadah pelestarian budaya dan penguatan ekonomi kreatif lokal. Festival yang akan berlangsung selama enam hari, mulai 18 hingga 23 Agustus 2025, ini mengusung tema "The Mask History of Buleleng: Topeng Leluhur, Jiwa Buleleng" dan tersebar di sejumlah titik strategis Kota Singaraja.
Sekretaris Daerah Buleleng Gede Suyasa, yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia, menyebutkan bahwa festival ini menjadi momentum penting untuk merevitalisasi seni topeng sebagai identitas budaya Buleleng sekaligus memperluas manfaat ekonominya.
“Buleleng pernah menjadi tuan rumah Konferensi Topeng Internasional pada 2010. Kita memiliki kekayaan seni topeng dari berbagai desa yang belum tergali maksimal. Festival ini dirancang untuk mempromosikan, melestarikan, sekaligus memberdayakan potensi ekonomi yang menyertainya,” jelas Suyasa dalam jumpa pers, Senin (29/7).
Buleleng Festival 2025 akan menghadirkan lebih dari 1.000 pengisi acara dari seluruh kecamatan di Buleleng. Setiap camat diberi tanggung jawab menampilkan keunikan seni dan budaya dari wilayah masing-masing.
Sejumlah lokasi strategis ditetapkan sebagai pusat kegiatan. Tugu Singa Ambara Raja akan menjadi panggung utama pertunjukan seni tradisional dan nasional. Di Sasana Budaya, masyarakat bisa menyaksikan sajian seni klasik seperti Gong Kebyar Mebarung. Sementara itu, seni pilihan hasil kurasi Dinas Kebudayaan akan dipentaskan di Puri Kanginan Singaraja.
Rumah Jabatan Bupati Buleleng juga disiapkan sebagai lokasi Buleleng Digital Expo yang dikelola Dinas Kominfosanti. Kegiatan ini melibatkan generasi muda dalam berbagai lomba seperti esport, fotografi jurnalistik, hingga programming competition. Selain itu, pengunjung dapat menikmati pameran foto, lukisan, replika topeng, hingga menyaksikan langsung proses pembuatan topeng oleh pengrajin lokal yang ditargetkan menghasilkan satu karya setiap hari. Seluruh topeng yang dihasilkan akan dibeli oleh kepala perangkat daerah sebagai bentuk dukungan nyata terhadap pelestarian.
Tak hanya budaya, festival ini juga dirancang menjadi penggerak ekonomi rakyat. Kantor DPRD difokuskan untuk memamerkan produk UMKM berbasis olahan pangan dan aktivitas kreatif. Di Jalan Veteran, pengunjung dapat menjelajahi 66 stan kuliner khas Buleleng yang disiapkan secara tematik.
Untuk memperkaya wawasan budaya, seminar bertema topeng akan digelar di Gedung Wanita Laksmi Graha, dengan rencana menghadirkan pakar budaya Bali, seperti Prof. I Made Bandem.
Dalam aspek keberlanjutan lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng mengusung inovasi pemilahan sampah festival sejak dari sumber. Sampah organik dan plastik akan diproses untuk daur ulang, termasuk plastik yang akan dimanfaatkan sebagai bahan campuran aspal jalan.
“Kami ingin memastikan sampah festival tidak berakhir di TPA. Plastik daur ulang bahkan telah digunakan untuk aspal jalan di Buleleng sejak 2022,” ujar Suyasa.
Festival ini juga dijadwalkan akan dihadiri oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Gubernur Bali. Kehadirannya diharapkan menjadi penguat posisi Buleleng sebagai destinasi budaya di utara Pulau Dewata.
“Ini bukan sekadar pesta seni, melainkan investasi budaya yang mampu menggerakkan ekonomi kreatif dan memperkuat jati diri daerah,” pungkas Suyasa. (Sdn)
Social Header