Breaking News

Pasca Insiden di Monkey Forest Sebabkan Dua Wisatawan Meninggal, Desa Adat Padangtegal Akan Gelar Upacara Mecaru

Warga bersama para pihak melakukan pembersihan puing-puing pohon yang tumbang di Monkey Forest.

Gianyar - baliberkabar.id | Setelah insiden tragis dimana pohon tumbang telah menewaskan dua warga negara asing di kawasan wisata Monkey Forest Ubud, perhatian dari pihak pengelola langsung dicurahkan untuk menanggapi peristiwa ini dengan langkah yang tepat.

Upaya yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah mengadakan upacara Mecaru, sebuah ritual pembersihan spiritual yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh negatif dan mengembalikan keseimbangan di wilayah tersebut. 

Upacara ini akan dilaksanakan di bawah pengawasan Desa Adat Padangtegal, yang bertanggung jawab dalam mengelola kawasan suci ini. Ritual Mecaru diharapkan dapat menjernihkan keseluruhan atmosfera kawasan tersebut serta memberikan ketenangan dan perlindungan bagi pengunjung dan masyarakat lokal.

Bendesa Adat Padangtegal, I Made Parmita, mengungkapkan bahwa upacara keagamaan Hindu secara rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali sebagai bagian dari tradisi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Salah satu contohnya adalah upacara Tumpek Kandang, yang dikhususkan untuk memuliakan satwa, dan Tumpek Uduh, yang dipersembahkan bagi tanaman agar tetap subur dan berlimpah.

Seiring dengan adanya musibah yang baru saja terjadi, pihak pengelola merasa perlu untuk menambah upacara khusus yang ditujukan sebagai tindak lanjut untuk memohon keselamatan dan keberkahan setelah insiden tersebut. Dengan demikian, mereka berharap dapat menyeimbangkan kembali harmoni alam yang terganggu.

”Pasti ada tambahan upacara. Kami akan melakukan Penglukatan bagi semua staf, diawali dengan mecaru, pembersihan,” ujar Parmita saat dikonfirmasi Wartawan. Kamis, (12/2024).

Sebelumnya, pada hari Rabu, 11 Desember, pihak pengelola telah melaksanakan upacara prayascita, yaitu sebuah ritual penyucian, di lokasi kejadian untuk membersihkan dan menetralkan energi-energi negatif yang mungkin ada di tempat tersebut. Kemudian, pada Kamis, 12 Desember, kegiatan tersebut akan dilanjutkan dengan pecaruan kecil, sebuah upacara untuk persembahan sebagai wujud permohonan maaf dan harmonisasi kepada alam dan makhluk halus yang menghuni area tersebut. 

Selanjutnya, upacara puncak yang lebih besar dan lebih sakral akan diselenggarakan pada 14 Desember di Pura Wana, di mana banyak umat dan tokoh-tokoh penting akan turut hadir untuk berdoa dan mengikuti rangkaian ritual yang khusyuk.

Menurut I Made Parmita, upacara tersebut akan dipimpin oleh seorang Sulinggih, pemimpin spiritual dalam tradisi Hindu Bali, dan direncanakan akan berlangsung dalam skala besar, melibatkan banyak komunitas dan elemen adat setempat.

Tujuan utama dari pelaksanaan upacara ini adalah sebagai bentuk permohonan maaf terhadap kekuatan spiritual dan untuk melakukan pembersihan secara niskala, atau dalam dimensi non-fisik, terhadap segala pengaruh negatif akibat peristiwa yang telah terjadi.

Upacara ini tidak hanya bertujuan untuk memulihkan keharmonisan di lingkungan masyarakat, tetapi juga untuk menyeimbangkan kembali energi spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

"Kami sangat berharap agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan. Kami juga memohon perlindungan dan berkah dari susuhunan yang menjaga tempat-tempat sakral ini, termasuk Pura Dalem sebagai tempat penting dalam kehidupan spiritual, Prajapati dengan nilai-nilai leluhur, Beji yang memiliki makna penting dalam ritual penyucian, serta Pura Wana yang merupakan pusat kekuatan alam", tambahnya dengan penuh harap dan penghormatan. (Smty)
 
© Copyright 2022 - Bali Berkabar