Breaking News

Kondisi Miring, Kapal Tanker Cinta Natomas di Celukan Bawang Diduga Bocor, Laut Terancam Limbah B3

Kapal tanker tua bernama FSO Cinta Natomas yang bersandar di Pelabuhan Celukan Bawang telah mengalami kemiringan.

Buleleng - baliberkabar id | Ancaman pencemaran laut kembali membayangi wilayah perairan utara Bali. Kapal tanker tua bernama FSO Cinta Natomas yang bersandar di Pelabuhan Celukan Bawang, Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, dilaporkan mengalami kemiringan dan diduga bocor, memicu potensi tumpahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ke laut terbuka.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kapal yang disewa oleh Pertamina dari pemilik kapal Tuban Marine Terminal ini telah bersandar sejak tahun 2018 di dermaga curah cair milik Pelindo. Selama lebih dari tujuh tahun, kapal yang berisi endapan minyak mentah tersebut hampir tidak menunjukkan aktivitas yang signifikan.

Menurut laporan Dewatapos yang dikutip Bali Berkabar, Kapal bermuatan 105 barel minyak mentah itu kini mengalami kemiringan karena dugaan kebocoran dari lambung akibat pergeseran muatan internal. Beberapa pekerja di lokasi mengungkapkan, upaya evakuasi limbah yang direncanakan sebelumnya gagal dilakukan lantaran posisi kapal tidak stabil.

“Saat ini sedang dilakukan pekerjaan memindahkan sludge dari tangki kiri ke kanan untuk menstabilkan kapal,” ujar salah satu pekerja di lokasi.

Langkah antisipasi telah diambil dengan pemasangan oil boom, penghalang terapung untuk mencegah penyebaran minyak di permukaan laut di sekitar badan kapal.

Kepala KSOP Kelas IV Celukan Bawang, Taufikur Rahman, membenarkan situasi tersebut dan menyatakan bahwa proses evakuasi limbah ditunda karena aspek teknis dan keselamatan belum terpenuhi.

“Pemilik kapal telah kami ingatkan soal pentingnya keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan maritim. Kapal harus stabil sebelum evakuasi dilakukan,” tegasnya, Kamis (31/7/2025).

Ia juga menambahkan bahwa muatan kapal tergolong limbah berbahaya, sehingga segala aktivitas pemindahan harus memenuhi ketentuan keselamatan dan lingkungan secara ketat.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng, I Gede Putra Aryana, mengaku telah melakukan monitoring terhadap kondisi kapal. DLH Buleleng juga melaporkan setiap tahap pekerjaan kepada instansi lingkungan hidup provinsi dan pusat.

“Kami tetap melakukan pemantauan, dan setiap tahapan kegiatan wajib dilaporkan ke DLH Provinsi serta Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali-Nusra,” katanya.

Kapal tanker buatan 1972 itu diketahui kini dalam proses usulan penghapusan aset oleh Kementerian Keuangan RI. Di dalamnya masih terdapat 10 anak buah kapal, termasuk nakhoda.

Meski Pelindo diuntungkan dari sisi sewa tambat, kondisi kapal yang tak bergerak selama bertahun-tahun kini justru menimbulkan ancaman besar bagi ekosistem laut Celukan Bawang. Jika pencemaran terjadi, dampaknya bukan hanya akan mencoreng wajah pengelolaan pelabuhan, tetapi juga bisa menjadi krisis lingkungan di wilayah pesisir Bali Utara. (Smty)

© Copyright 2022 - Bali Berkabar