Buleleng, BaliBerkabar.id – Setelah lima tahun vakum, Buleleng Festival 2025 akhirnya kembali digelar, menyambut antusiasme masyarakat dan wisatawan yang ingin menikmati kekayaan budaya dan seni Bali. Pembukaan festival ini diadakan pada 18 Agustus 2025 dan dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, mewakili Gubernur Bali, Wayan Koster, yang berhalangan hadir.
Dalam sambutannya, Giri Prasta memberikan apresiasi yang tinggi terhadap Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, beserta jajaran yang telah bekerja keras untuk menghidupkan kembali festival yang sudah lama ditunggu-tunggu ini. Menurutnya, Buleleng Festival 2025 merupakan bentuk integrasi antara pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi lokal, dan inovasi dalam pengelolaan lingkungan.
“Festival ini luar biasa, tidak hanya memperkenalkan kekayaan budaya Buleleng, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian dan lingkungan sekitar,” ujar Giri Prasta dengan semangat.
Wakil Gubernur Bali ini juga menyoroti tiga pilar utama yang menjadi fokus dalam penyelenggaraan festival tahun ini, yaitu:
1. Penggerakan seniman lokal, dengan prinsip kemajuan yang tetap menjaga dan melestarikan adat dan budaya Bali.
2. Penguatan ekonomi lokal, yang diharapkan dapat membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.
3. Penyediaan ruang kreatif untuk generasi muda, agar mereka dapat mengembangkan bakat seni dan budaya di lingkungan yang mendukung.
Giri Prasta juga mengungkapkan bahwa pemerintah provinsi Bali akan terus memberikan dukungan untuk festival ini, berharap agar Buleleng Festival ke depan bisa semakin berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan pariwisata Bali.
Salah satu aspek yang sangat diperhatikan dalam Buleleng Festival 2025 adalah pengelolaan sampah. Giri Prasta menekankan pentingnya untuk tidak membiarkan sampah berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ia mengajak agar di setiap desa dan kecamatan di Buleleng, termasuk yang belum memiliki, untuk segera memiliki TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
“Ini adalah komitmen kami untuk mengurangi sampah, memilahnya dengan benar, dan mengolahnya secara lebih bijak. Kami juga akan segera membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di tiap kecamatan,” ungkap Giri Prasta. Ia juga menyoroti pentingnya pengelolaan sampah di TPA Bengkala, yang menjadi contoh nyata untuk pengelolaan sampah yang lebih baik.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, mengungkapkan filosofi mendalam di balik penggunaan topeng dalam festival ini. Bagi masyarakat Buleleng, topeng bukan sekadar penutup wajah, melainkan memiliki makna yang mendalam, melambangkan cerita, karakter, dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan mereka.
“Topeng Buleleng memiliki berbagai jenis, mulai dari topeng sakral yang digunakan dalam ritual hingga topeng seni pertunjukan. Festival ini menjadi wahana penting untuk mengenalkan keberagaman topeng dan memberikan edukasi kepada generasi muda tentang makna di baliknya,” jelas Sutjidra.
Sutjidra juga menekankan bahwa Buleleng Festival 2025 tidak hanya fokus pada pelestarian budaya, tetapi juga sangat memperhatikan aspek keberlanjutan. Salah satu contoh nyata adalah penggunaan material daur ulang dalam pembuatan patung raksasa yang menjadi latar belakang utama panggung festival. Patung yang terbuat dari plastik daur ulang seberat 1,7 ton ini, menurut Sutjidra, menjadi simbol dari komitmen Buleleng untuk menggelar acara yang ramah lingkungan.
“Saya sendiri menyaksikan proses pembuatan dan pengangkatan patung ini. Ini adalah bukti nyata bagaimana kita bisa mengurangi sampah dan memberi makna lebih dalam setiap kegiatan yang kita lakukan,” tambah Sutjidra.
Buleleng Festival 2025 yang berlangsung selama enam hari, dari 18 hingga 23 Agustus, memberikan ruang bagi seniman lokal untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka. Festival ini tidak hanya menyajikan pertunjukan seni dan budaya, tetapi juga menjadi ajang bagi generasi muda untuk menunjukkan kreativitas mereka dalam berbagai bentuk seni. (Smty)
Social Header