Buleleng - baliberkabar.id | Menjelang pelaksanaan Buleleng Festival (Bulfest) 2025 yang akan terselenggara dari tanggal 18 hingga 23 Agustus 2025, dengan mengusung tema “The Mask History of Buleleng”, yang terinspirasi dari sejarah dan kekayaan topeng atau tapel Buleleng yang merepresentasikan dimensi kehidupan manusia, menggambarkan karakter, perilaku, dan cerita yang diwariskan secara turun-temurun.
Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng sekaligus Ketua Panitia Bulfest 2025, Drs. Gede Suyasa, M.Pd., dalam dialog interaktif di salah satu stasiun radio di Singaraja, menjelaskan bahwa pemilihan tema ini memiliki nilai historis dan filosofis yang kuat.
“Topeng adalah simbol kehidupan. Ia dapat menampilkan berbagai karakter dan emosi, merefleksikan perilaku manusia, sekaligus menyimpan cerita leluhur kita. Buleleng memiliki ratusan topeng, baik sakral maupun kreasi modern, dan pernah menjadi tuan rumah konferensi topeng Internasional pada tahun 2010,” ungkapnya.
Bulfest 2025 akan digelar mulai 18 Agustus di berbagai titik strategis, seperti panggung utama depan Patung Singa Ambara Raja untuk pertunjukan seni tradisi hingga musik modern, Rumah Jabatan Bupati dan RTH untuk pameran topeng, kuliner serta BDE (Buleleng Digital Expo), Gedung Sasana Budaya untuk seni legendaris, Puri Kanginan untuk seni klasik, serta di sepanjang Jalan Pahlawan hingga Veteran yang akan dipenuhi stand UMKM kuliner, fesyen, dan kria.
Kepala Dinas Kebudayaan, I Nyoman Wisandika, menyebutkan bahwa festival ini melibatkan 31 sanggar seni dengan total kurang lebih 1.000 seniman.
“Kita akan buka dengan tari massal ‘Megrumbungan’ yang melibatkan 150 penari di Jalan Ngurah Rai hingga pertigaan Yudistira. Lalu ada pementasan topeng tiga generasi, arja, drama gong, hingga sendratari. Semua ini adalah upaya kita menjaga tradisi agar tetap hidup di tengah generasi muda,” ujarnya.
Sementara itu, Kadis Kominfosanti Buleleng, Ketut Suwarmawan, menegaskan bahwa Buleleng Digital Expo (BDE) akan menjadi bagian penting dari Buleleng Festival 2025.
“BDE bukan sekadar lomba teknologi, tapi wadah bagi sekolah, komunitas, dan UMKM untuk memamerkan inovasi digital, dari robot hingga gamelan berbasis AI. Tahun ini juga untuk pertama kalinya kita mengadakan lomba programming tingkat kabupaten,” jelasnya.
Bulfest 2025 juga mengedepankan keberlanjutan. Seluruh stand akan menggunakan bahan alami seperti bambu, klangsah, dan bedeg. Pengelolaan sampah dilakukan secara terintegrasi, dengan sampah organik diolah menjadi pupuk di beberapa titik TPS 3R di kabupaten buleleng, anorganik disalurkan ke Bank Sampah, dan residu ke TPA. Sebagai simbol kepedulian terhadap lingkungan, disiapkan pula 40 topeng hasil daur ulang sampah untuk menghiasi festival.
Menutup dialog, Gede Suyasa berharap Bulfest dapat membawa dampak luas bagi masyarakat.
“Kami ingin festival ini tidak berhenti pada seremoni, tetapi berlanjut menjadi penggerak ekonomi, penguat UMKM, dan ruang kreatif yang konsisten menjaga warisan budaya Buleleng,” pungkasnya.
Seluruh rangkaian Bulfest 2025 dapat dinikmati gratis tanpa tiket masuk. Pemkab Buleleng juga akan menyediakan bemo sebagai transportasi pengunjung untuk menghidupkan kembali moda angkutan konvensional. (tim)
Social Header