Breaking News

Tragis dan Memalukan, Duel Berdarah di Arena Sabung Ayam Songan Tewaskan Seorang Pria, Potret Buram Tradisi yang Tak Terkendali


Foto: Tangkapan layar dari unggahan di media sosial Facebook yang menampilkan video peristiwa di lokasi kejadian.

Bangli – baliberkabar.id | Suasana Sabtu sore (14/6/2025) di Desa Songan A, Kintamani, berubah mencekam ketika keributan berdarah pecah di tengah kerumunan massa di sebuah arena sabung ayam liar. Adu mulut antara dua pria berakhir tragis: seorang tewas, satu lagi terkapar dengan luka serius.

Korban berinisial K.A.S., yang diketahui sebagai penanggung jawab kegiatan sabung ayam di tanah milik warga bernama Nang Gede Lama, meregang nyawa setelah terlibat perkelahian dengan I Wayan Luwes alias Jro Luwes. Insiden terjadi sekitar pukul 17.00 Wita dan diduga dipicu oleh kesalahpahaman.

K.A.S. sempat dilarikan ke RSU Bangli menggunakan ambulans, namun nyawanya tak tertolong. Sementara pelaku yang juga terluka dilarikan ke RS BMC Bangli dan kemudian dirujuk ke RSUP Prof. Ngoerah Denpasar.

Peristiwa ini kembali menyorot praktik sabung ayam yang, meski dilarang, masih berlangsung di sejumlah desa dengan dalih tradisi. Sayangnya, ajang ini tak jarang menjadi tempat perjudian, ego, dan kekerasan tumbuh subur seperti yang kini terbukti memakan korban jiwa.

Kasi Humas Polres Bangli, dalam keterangan resminya, menyatakan bahwa penanganan kasus ini sudah dilakukan secara menyeluruh.
“Seizin Kapolres Bangli AKBP I Gede Putra, SH., S.I.K., MH., kami sudah melaksanakan olah TKP, memeriksa saksi-saksi sebanyak 12 orang, serta melakukan otopsi terhadap korban. Saat ini kasus dalam tahap penyidikan oleh Satreskrim Polres Bangli,” terang Kasi Humas, Minggu (15/6/2025).

Polres Bangli juga menegaskan bahwa penyelidikan akan terus dikembangkan untuk mengungkap motif serta kronologi kejadian secara lengkap.

Tragedi di Songan bukan hanya soal penganiayaan. Ia adalah refleksi sosial tentang bagaimana kekerasan bisa lahir dari ruang-ruang yang dibiarkan tumbuh tanpa kontrol. Mengatasnamakan adat atau tradisi, praktik-praktik seperti sabung ayam masih diberi ruang dalam masyarakat, padahal jelas melanggar hukum dan berisiko tinggi terhadap konflik.

Kini, Desa Songan memang telah kembali kondusif, tetapi luka sosialnya belum benar-benar sembuh. Kematian K.A.S. menjadi catatan kelam yang semestinya membuka mata banyak pihak, bahwa menjaga ketertiban bukan hanya tugas polisi, tapi juga tanggung jawab bersama antara masyarakat, tokoh adat, dan aparat desa.

Sudah saatnya semua pihak berani menegaskan batas: mana tradisi yang layak dijaga, dan mana yang perlu dihentikan sebelum kembali menelan korban. (Smty)
© Copyright 2022 - Bali Berkabar