Breaking News

Jokowi Bagikan Sembako di Batubulan, Warga Batu Ampar Buleleng Iri dan Prihatin Karena Mengaku Tanahnya Diserobot Tak Digubris

Buleleng - Bali Berkabar | Kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo di Provinsi Bali, pada Selasa (31/10/2023) saat meninjau Pasar Batubulan dan membagikan sembako di Balai Budaya Batubulan membuat Kelompok Satria Pertiwi Batu Ampar, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng merasa iri dan prihatin karena Presiden Joko Widodo memberikan bantuan sembako kepada warga Batubulan di Balai Budaya Batubulan, Gianyar yang ekonominya dan perputaran uang disana jauh lebih tinggi.

Namun sayang, kurang lebih 55 kepala keluarga warga Batu Ampar yang mengaku menjadi korban perampasan tanah yang dilakukan oleh Mafia tanah teriak- teriak minta tolong karena tanahnya diserobot, dirampas ataupun diambil haknya secara melanggar hukum tidak mendapatkan keadilan.

“Hari ini Bapak Presiden Jokowi membagikan sembako kepada masyarakat di Balai Budaya Batubulan, dan kami disini teriak- teriak minta tolong karena tanah kami diserobot, dirampas oleh para mafia tanah", ujar Bambang Permadi, Sekretaris Kelompok Satria Pertiwi Batu Ampar.

Bambang Permadi juga mengatakan pihaknya bahkan hingga menyurati Presiden Jokowi, Kapolri, Mendagri, Menteri ATR, termasuk Gubernur Bali dan Satgas Mafia Tanah, namun hanya Menteri polhukam Mahfud MD yang satu-satunya merespon serta memerintahakan jajaran Polri dan Satgas mafia tanah segera menindaklanjuti surat yang telah ditandatanganinya pada Tanggal 18 Oktober 2023. 

Atas terbitnya surat dari Mahfud MD, para petani Batu Ampar merasa dapat angin segar dan berharap masalah ini segera selesai dan lahan mereka segera dikembalikan untuk dikelola kembali untuk keberlangsungan hidup keluarganya.

“Tentu saja saya berharap masalah ini bisa segera tuntas, tanah dikembali kepada kami warga Batu Ampar. Karena sudah cukup teramat lama perjuangan ini berlangsung sudah lebih dari 20 tahun. Namun baru kali ini kami merasakan sedikit angin segar, karena surat yang kami kirim ke Mensetneg, Menkopolhukam, Gubernur Bali, Kanwil BPN Bali dan Kantor BPN Buleleng. Akhirnya mendapat respon dari Pak Mahfud MD,” harap Bambang.

“Sudah lama kami hidup kesusahan, hidup terpencar dengan saudara-saudara, dan depresi karena terjadinya peristiwa dan pengusiran paksa yang pada tahun 1990. Disini kami butuh makan untuk keluarga, lalu apa jadinya jika tambak garam yang saya garap itu diserobot Pemkab. Bagaimana nasib ibu dan anak-anak saya," rintihnya.

Ketua Kelompok Satria Pertiwi Batu Ampar, Gede Kariasa juga menyatakan hal yang sama. Dirinya merasa iri karena Presiden Jokowi memberikan sembako kepada warga Batulan yang notabene tidak sampai teriak-teriak minta bantuan.

"Kami merasa iri karena Pak Jokowi datang ke Bali tidak bisa datang ke Buleleng, kami sangat berharap jika Pak Jokowi hadir di tengah-tengah kami dan memberikan solusi terbaik dalam sengketa tanah di Batu Ampar," cetus Gede Kariasa.

Dengan alasan itu, warga yang mengaku korban perampasan tanah Batu sangat mengharapkan sikap kebangsawanan ataupun empati dari Pemerintah dan penegak hukum. (Smty)


© Copyright 2022 - Bali Berkabar