Breaking News

Pengukuhan Andi Thahir sebagai Guru Besar Psikologi Pendidikan, Tegaskan Peran Kecerdasan dalam Membangun Integritas Akademik


LAMPUNG/BaliBerkabar.ID - Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung menyelenggarakan prosesi pengukuhan Guru Besar yang berlangsung di Gedung Ballroom kampus. Dalam acara tersebut, Prof. Ir. H. Andi Thahir, S.Psi., M.A., Ed.D resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Psikologi Pendidikan, dengan menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Sinergi Kecerdasan: Mengupas Peran IA, EI, dan SI dalam Mencegah Kecurangan Akademik.”

Dalam pidato akademiknya, Prof. Andi Thahir mengangkat isu krusial tentang pengaruh kemajuan teknologi terhadap kehidupan sosial, yang kini semakin kompleks, cepat berubah, dan tanpa batas geografis. Ia mencontohkan bagaimana manusia kini dapat berpindah antar benua dengan mudah dan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memproses pengetahuan secara lebih efisien.

Namun di balik kemajuan tersebut, menurutnya, terdapat sisi gelap berupa pergeseran perilaku sosial, yang ditandai dengan menurunnya moralitas, lemahnya karakter, serta meningkatnya penyimpangan perilaku. Ia menyebut fenomena ini sebagai dampak dari disrupsi sosial yang mengancam nilai-nilai dasar kemanusiaan.

Prof. Andi kemudian menekankan bahwa dunia pendidikan harus menjadi benteng utama dalam merespons tantangan tersebut. Berdasarkan penelitiannya, ia menemukan bahwa kecurangan akademik lebih rentan terjadi pada individu yang memiliki tingkat religiusitas rendah, kemampuan intelektual sedang, serta kecerdasan emosional yang lemah.



Untuk itu, ia memaparkan pentingnya tiga dimensi kecerdasan yang harus dikembangkan secara seimbang, yaitu:

  1. Kecerdasan Intelektual (IA) – Merupakan kemampuan berpikir logis dan analitis, sebagaimana telah dibahas oleh para tokoh seperti Plato, Binet, hingga Gardner. IA menjadi fondasi utama dalam proses berpikir dan pengambilan keputusan akademik.

  2. Kecerdasan Emosional (EI) – Diperkenalkan oleh Peter Salovey dan John Mayer, serta dipopulerkan oleh Daniel Goleman, EI berperan besar dalam kemampuan seseorang mengelola emosi, tekanan belajar, dan stres, yang pada akhirnya mencegah terjadinya perilaku curang.

  3. Kecerdasan Spiritual (SI) – Merujuk pada kapasitas individu untuk menemukan makna dan nilai hidup, serta memandu tindakan dengan moral yang kuat. Konsep ini dikembangkan oleh pemikir seperti Victor Frankl dan Danah Zohar. SI menjadi kompas etis dalam kehidupan akademik dan sosial.

Prof. Andi menegaskan bahwa sinergi antara IA, EI, dan SI sangat penting dalam menciptakan insan akademik yang tidak hanya cerdas secara logika, tetapi juga memiliki kepekaan emosional dan nilai-nilai spiritual yang mendalam. Ketiganya harus berjalan seiring untuk membentuk pribadi yang utuh dan berintegritas.

Ia juga mendorong perguruan tinggi untuk menerapkan kurikulum yang menyeluruh, yang tidak hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga mengintegrasikan pengembangan emosional dan spiritual. Menurutnya, penguatan kesadaran etika, pendampingan psikologis, serta dukungan spiritual perlu menjadi bagian dari sistem pendidikan guna menciptakan iklim akademik yang jujur dan sehat.

Dalam konteks ini, UIN Raden Intan Lampung dinilainya telah menapaki jalur yang tepat melalui konsep “Insan ber-ISI” (Intellectuality, Spirituality, Integrity), yakni visi pendidikan yang menyeimbangkan kecerdasan, nilai spiritual, dan integritas moral. Universitas ini juga terus mengembangkan berbagai aspek, mulai dari akademik, riset, teknologi, spiritualitas, hingga budaya dan olahraga.


Redaksi/*

© Copyright 2022 - Bali Berkabar